Selasa, 28 September 2010

Berbisnis dengan Hati Bag II

PRINSIP – PRINSIP BISNIS
DALAM ISLAM

Oleh : KH. Abdullah Gymnastiar

“BUTA HATI, LEBIH BERBAHAYA, BUTA MATA
TIDAK NAMPAK DUNIA, BUTA HATI TIDAK NAMPAK
KEBENARAN, BUTA HATI DITIPU NAFSU
DAN SYAITAN.”
Saudara – saudaraku, andaikata tujuan sudah ditetapkan sepelan apaun kita
bergerak insyaallah merupakan suatu kemajuan. Tapi bagi orang yang tujuannya
tidak tetap, segigih apapun bergerak bisa jadi menuju kehancuran.
Oleh karena itu kalau kita berbicara bisnis itu tergantung tujuannya apa. Ada yang
tujuannya hanya uang, ada yang tujuannya kepuasan. Tapi sebagai muslim paling
tidak ada tiga tujuan yang harus kita pahami sebagai manusia yang diciptakan
Allah.
Pertama, kita diciptakan oleh Allah untuk menjadikan segala aktifitas kita
sebagai ibadah. Itu artinya bisnis bagi kita adalah ibadah, bukan semata – mata
mencari uang.
Kedua, tugas hidup kita menjadi khalifah. Kita diberi kesempatan hidup di dunia
satu kali oleh karena itu kita harus berkarya seoptimal mungkin, sehingga saat
kematian kita kelak adalah puncak kita berkarya dalam hidup ini yang bermanfaat
bagi peradaban manusia, mensejahterakan diri dan mensejahterakan orang lain.
Ketiga, tugas kita dalam bahasa agama disebut dakwah. Artinya apapun aktifitas
yang kita lakukan harus menjadi pencerminan pribadi pribadi yang menjadi
teladan dalam kebenaran.
ini penting, ibadah, khalifah dan dakwah.
Saudaraku, ada orang yang sibuk dengan membanting tulang demi mencari sesuap
nasi. Ini rugi, sudah tulang yang dibanting hanya sesuap yang dicari.

Imam Ali pernah mengatakan , barang siapa yang memang kesibukannya hanya
untuk mencari isi perut, maaf derajatnya tidak jauh beda de ngan apa yang keluar
dari perut.
Kalau hanya mencari makan apa bedanya dengan kambing?
Kalau hanya sekedar mencari uang, garong juga mencari uang.
Maka kita harus tahu bahwa kita tidak disuruh mencari uang.
Tetapi kita disuruh untuk menjemput rezeki karena setiap makhluk sudah
disiapkan rezekinya masing – masing.
Ada perbedaan mendasar antara “mencari” dan “menjemput”. Kalau “mencari itu
ada kemungkinan tidak mendapatkan apa yang dicari. Tapi kalau
“menjemput”,pasti ada. Maka itu sebabnya saya dalambisnis tidak cemas lagi
dengan rezeki, dengan gaji karyawan, sebanyak apapun karyawan termasuk yang
cacat.
Kenapa? Karena setiap orang sudah ada rezekinya. Saya kasih contoh, mencari
istri itu belumtentu dia punya istri. tetapi menjemput istri pasti sudah punya istri
kecuali mancari yang lain. Ini penting. “Waman yatawakkal ‘ala Allah fahuwa
hasbuh,” Q.S. At Thalaq (65) : 3, artinya “Dan barang siapa yang bertawakkal
kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkannya.”
Maaf kalau saya mengambil sudut pandang Islam, karena itu yang saya pahami.
Seorang Muslim, dikatakan professional kalau dia memenuhi dua hal. Pertama,
didalam mencari, dia sangat menjaga nilai – nilai kejujuran, tepat janji, etos kerja,
sehingga kalau dia mendapatkan uang maka dirinya lebih bernilai dari sebanyak
apapun uang yang didapatkan. Karena dia mencari dalam rangka untuk
membangun nilai – nilai.
Kedua, dalam mencari nafkah atau “menjemput rezekinya” dia sangat menjaga
sehingga terbangun nama baiknya. Dengan demikian, dia tidak pernah takut
kehilangan apapun.
Mau pensiun, mati uangnya habis, tidak ada masalah. Karena bukan itu yang dia
cari, tapi nilai – nilailah yang dia cari. Kalau uangnya banyak, dia lebih kaya dari
uangnya. Tapi maaf, kalau koruptor uangnya banyak, rumah berharga, mobil
berharga, tanah berharga, tapi yang tidak berharga adalah dirinya.
Maka tidak heran kalau koruptor sering minta – minta, segalanya dicolok. Maaf,
jangan ada yang merasa tersinggung, kecuali koruptor sendiri.
Bayangkan ada orang yang mencari, dia telah mendapat dunianya, tapi dia tidak
mendapatkan dirinya. Makanya dia takut sekali kehilangan jabatannya, karena itu
yang dia anggap sukses.
Kenapa orang takut turun dari jabatannya?

Karena itu topeng dia. Jadi kalau orang bersembunyi di balik topeng, takut
diambil topengnya. Tapi kalau orang membangun dirinya, dia tidak pernah takut
kehilangan apapun.
Maka orang – orang yang pecinta dunia takut melihat pesaing. Padahal pesaing
adalah saudara kita juga. Tapa pesaing hidup kita tidak bermutu. Persaingan itu
karunia Allah agar bisa memompa kemampuan kita secara optimal.
Saudara mau balap karung sendirian? Tidak bermutu walaupun meraih juara
umum. Begitu juga apabila balap karung dengan anak TK, walau juara dunia
tetapi tetap tidak ada harga karena lawannya adalah anak TK. Tapi balap karung
dengan petarung tangguh, walau kita menjadi juara kelima, tidak ada masalah.
Tapi kita sudah memompa kemampuan kita secara optimal.
Pesaing tidak akan mengurangi rezeki kita, kalau kita bertarung dengan keyakinan
bahwa Allah yang membagikan rezeki.
Mempunyai pesaing itu nikmat.
Bukankah tidak akan bisa menjadi pahlawan kalau tidak ada penjahatnya?
Yang menjadi masalah siapa yang menjadi penjahat? Itu saja.
Mencari rezeki, sekaligus menjaga nilai sehingga nama terbangun. kalau hal ini
dilakukan harga diri terbangun. Kalau hal ini dilakukan walau sudah pensiun, tua
atau mendapat mutasi, orang tersebut tidak pernah berkurang kemuliaannya
karena telah melekat pada dirinya, kekayaan pribadinya.
Kalau sudah mendapat rezeki, seorang professional yang baik dan berhati nurani
akan mendistribusikan rezekinya. Maka disebutkan oleh Nabi Muhammad,
“Khairunnas anfa’uhum linnas,” Hadits Riwayat Bukhari. Artinya, “Sebaik –
baik manusia adalah manusia yang paling banyak manfaatnya.”
Jadi kita bekerja kerasa, menjemput rezeki kita, nama kita terbangun, rezeki kita
dapatkan, lalu kita distribusikan. Makin banyak kekayaan, makin banyak orang
lapr tersantuni, makin banyak orang bodoh bisa belajar, makin banyak orang yang
tidak berpakain bisa memiliki baju, makin banyak orang yang tidak mempunyai
rumah bisa berteduh. dan ini akan membuat kita semakin bersemangat dalam
bekerja.
Dan luar biasa, kita bisa menikmati bagaimana kita mendistribusikan rezeki kita
ini. Sehingga kalau kita mati nanti, kita sudah puas. Nama insyaallah baik, orang
banyak manfaatnya. Kita tunggu saja saat kematian seperti ini. mau apa lagi,
dunia tidak pernah bisa kita bawa. Siapa orang kaya di dunia ini, bawa apa dia
mati? Tidak ada yang dibawa.
Kadang kita salah, melihat orang kaya itu yang banyak tabungannya. Padahal dia
hanya penunggu saja. Kalau menurut saya, orang yang kaya adalah orang yang
banyakmendistribusikan rezekinya.

Jadi maaf, menurut saya, para koruptor itu benar – benar orang yang miskin.
Tidak aad apa – apanya, walaupun jasnya bagus, dasinya bagus. Padahal kalau
mau jujur, dia ke atas menjilat, ke bawah menginjak, ke samping menyikut. Sudah
punya istri berzina, segala diangkut dari kantor ke rumah. Sampai – sampai
jepitan buku pun diangkut. Ini benar – benar miskin.
Makanya nanti ke depan kalau kita memilih peja bat itu harus orang yang kaya.
Bukan kaya dengan uang, tapi kaya batinnya. Tidak suka minta – minta. Orang
yang minta – minta itu orang miskin. Misalnya minta proyek. Salah kita memilih
orang yang miskin batinnya. Memiliki jabatan tetapi kerjanya minta – minta.
Saudara – saudaraku, kalu kita sudah tahu bahwa rezeki datangnya dari Allah,
untuk apa kita berbuat licik? Yang menyuruh jujur Allah, yang membagikan
rezeki juga Allah. Maaf mungkin kita pernah dengar perumpamaan ini. saya
pernah mendapat nasehat dari anak saya. “Pak, kita mah malu kalau hidup
mengeluh. Lihat nyamuk, untuk mencari sesuap makan saja dia harus bertarung
dengan nyawanya.”
Nyamuk itu mencari makan saja sudah terancam. Dan sudah berapa banyak
nyamuk tewas di tangan kita, ketiak dia mencari nafkah. Anak saya bilang, “Lihat
ketika nyamuk itu makan, Pak. Makan saj terancam.” Berap banyak nyamuk yang
terbunuh ketika makan, juga ditangan kita? Sudah selesai makan tangki sudah
penuh, mau terbang rasanya berat. malu jadi manusi kalau kita terus – menerus
mengeluh. Lihat nyamuk itu dari awal sampai akhir. mencari sesuap darah saja
nyawanya terancam.
Makanya orang – orang yang licik, mereka betul – betul menghinakan dirinya
sendiri. Orang yang bekerja cerdas bukan orang yang menjadi untung dengan
banyak liang, tapi sekali dayung dua, tiga empat pulau terlampaui. Ibarat sambil
menyelam minum air, memungut mutiara, ketemu dengan puteri duyung. Orang –
orang yang korupsi itu benar – benar, maaf, bodoh. Saya tidak menyebut dungu
ya, tapi apa bedanya?
Saya ini merasa gemas. Bayangkan dai mengambil tapi daia mengahancurkan
dirinya dan nama baiknya. Dia memberi makan keluarga dengan harta haram, di
mana kecerdasannya? Bayangkan, nama itu tidak terbeli oleh harta. Mati dalam
aib, orang tua malu, anak tertekan, makanan yang dimakan pun haram. padahal
harta tidak dibawa kalau mati.
Saya pernah mendengar ada koruptor yang pusing. Menyimpan uang di bank,
karena takut ketahuan, maka dia memakai nama orang lain. Punya mobil bagus
takut ketahuan, akhirnya disimpan di kampong. Punya rumah, sertifikat dia atas
namakan orang lain. Jadi dia punya apa? Punya dosa. Apalagi sekarang ada
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Itu semakin membuat dia tertekan. sudah
tidak bisa menikmati tapi tetap saja korupsi. Na’udzubillahi min dzalik.

Mungkin ini yang disebut buta hati. Negara kita menjadi seperti ini karena
pebisnisnya bukan professional. Kalau professional pasti bagus. Jadi yang
professional itu selalu menggunakan basis moral. karena nilai keuntungan tidak
dilihat dari jumlah uang.
Bagi kami dlam bisnis, uang itu nomor sekian.
Pertama, yang namanya untung itu kalau bisnis ini menjadi amal. karma kita
semua pasti mati dan yang dibawa ke akhirat itu bukan uangnya tapi amalnya.
Oleh karena itu sejak mulai dari niat harus benar kalau niat sudah salah, cara juga
salah, tindakan kita tidak akan menjadi amal walaupun mungkin menghasilkan
uang. Namun untuk apa itu semua, karena uang tidak bisa kita bawa mati.
Kedua, yang disebut untung adalah, kalau dalam bisnis, nama kita menjadi
semakin lebih baik. Nabi Muhammad itu benar – benar menjadi orang yang sangat
credible, Al Amien seorang yang sangat – sangat terpercaya. Orang tidak ragu
saja kepada perkatannya. Makanya bagi kami bisnis itu kecil, tapi nama baik itu
yang sangat penting.
Ketiga, yang namanya untung itu ketika dalam bisnis, kita bisa manambah ilmu,
karena tanpa penambahan ilmu, pengalaman dan wawasan, keuntungan yang
didapat bisa menjadi bumerang. Segalanya berubah dalam hidup ini, bagaiman
mungkin menyikapinya tanpa kemapuan yang berubah. Saat ini untung, tapi besok
lusa bisa jadi keuntungan ini akan menjadi sumber kerugian. Makanya
keuntungan berupa uang yang tidak meng - upgrade diri kita, itu sebetulnya tidak
untung.
Yang keempat, keuntungan adalah ketika dengan bisnis, menambah silaturahmi,
menambah saudara, karena persaudaraan itu mahal. Buat apa mempunyai uang
banyak kalau musuh juga bertambah. sekali digarong, atau dibui, harta akan habis
dan percuma.
Jadi orientasi dalam bisnis itu adalah bagaimana semakin menambah saudara.
Tidak begitu untung barangkalitidak apa – apa, tetapi saudara bertambah. Kalau
orang sudah saying ke kita, dia akan menajdi tim marketing kita.
Dan yang kelima, yang disebut keuntungan bagi bisnis yang bernuansa religi
adalah bagaimana dengan bisnis makin banyak orang yang mendapatkan
keuntungan. Karena setiap oaring yang beruntung, yang menjadi bagian dari
bisnis kita, itu akan menjadikan kebagian diri kita pula.
Konsep – konsep tersebut di atas tidak hanya ideal, tapi realistis karena kita sudah
mnejalani dan terbukti untung besar, kami tidak tertarik pada uang haram, untuk
apa? Logikanya sederhana, Allah yang menyuruh jujur, Allah yang memberi
rezeki, untuk apa harus tidak jujur?

Kami membangun perusahaan dengan konsep ini. Beberapa wakt u yang lalu kami
mencoba untuk membangun perumahan, hanya dalam tempo satu bulan sudah
laku 495 rumah. Bahkan belum diumumkan sudah habis. Ya mudah – mudahan
Allah menerima
Saya sendiri pribadi mengelola 19 perusahaan dengan konsep bisnis di atas. Bisnis
di perusahaan tersebut terus saja beranak pinak. Jadi konsep yang sudah saya
kemukakan di atas bukan saja ideal, tapi konsep yang realistis dan benar – benar
menguntungkan.
Logiknya sederhana. Dimana – mana orang akan selalu mencari rekanan yang
jujur dan bisa dipercaya. Karena berusaha untuk jujur, tentu kitalah yang mereka
cari. Para investor yang punya uang mencari orang yang bisa mengelola uangnya
dengan jujur. Para pembeli ingin pedagang yang jujur. Kita tinggal tampil saja,
karena mungkin menjadi barang langka.
Ini kisah nyata. Ada sekelompok warga punya tanah menawarkan kepada kami
agar tanahnya dibeli. Tapi dari mana uangnya. Kemudian datang investor pada
kami. Mereka mencari pengelola yang amanah. Kemudian masyarakat juga ingin
membeli dari pengelola yang jujur. Akhirnya tanpa modal, tanah terbeli dan
setelah jadi, perumahan segera terjual habis.
Jadi yang mengherankan, kenapa masih ada orang yang tidak jujur?
Contoh lain, beberapa waktu yang lalu kita menyelenggarakan pelatihan. Ada
peserta yang ingin me – mark up anggaran pelatihan tersebut. Kita tegas – tegas
menolak. silakan mencari tempat pelatihan lain, kita tidak kurang peserta.
Antriannya bertahun – tahun. Kita juga punya hotel yang ternyata bookingnya
sampai 3 – 4 bulan.
Dari contoh – contoh tersebut, menjadi aneh kenapa harus tidak jujur?
Tidak jujur itu karena kurang iman.
Kalau sudah yakin rezeki dari Allah, kenapa kita tidak jujur.
Nabi Muhammad telah memberikan teladan dalam bisnis semsa hidupnya dengan
julukan Al Amien. Al Amien itu komponennya tiga :
Pertama jujur terpercaya, tidak pernah bohong sekecil apapun.
Kedua, Sigma kepuasan, jadi ketemu puas bicara puas, terus menerus memberikan
kepuasan, semakin banyak titik kepuasan itu orang tersebut semakin credible
Ketiga, inovatif dan solutif. Kalau orang terus meng – upgrade dirinya dan terus
menerus berinovasi, serta menjadi solusi, dia akan menjadi credible.
Orang yang tidak jujur, tidak memuaskan, tidak punya inovasi daia akan terkubur.

Tidak ada komentar: